PANDEMI covid-19 menyebabkan indeks ketahanan pangan di berbagai daerah berpotensi turun.
Hal itu diungkapkan Staf Subdit Pengelolaan Konsumsi Gizi Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, Kartika Wahyu Dwi Putra. Penyebaran covid-19, sendat dia, mengakibatkan inflasi, kesulitan kanal pangan, hingga kenaikan harga pangan.
âKita tahu di April ini inflasinya mencapai 2, 7%. Di 2, 7% ini makanan ataupun minuman sudah 5, 3% terjadi kenaikan harga pangan. Dengan inflasi serupa hampir 1, 1-3, 8 juta orang jatuh ke dalam garis kemiskinan. Sekitar 56, 5% merupakan pekerja informal, â tutur Kartika dalam diskusi virtual, Minggu (21/6).
Baca juga: Update Covid-19, Pasien Sembuh Mencapai 18. 404 Orang
Kartika mengatakan angka kelengkapan energi (AKE) masyarakat Indonesia sedang sangat kurang. Batas normal AKE, yakni pada angka 100 datang < 130%. Namun berdasarkan masukan terbaru, sekitar 14, 5% warga yang memenuhi AKE. Sedangkan yang kurang atau sangat kurang dari AKE mencapai 33, 9% serta 45, 7%.
Hal ini menunjukkan angka kecukupan energi masyarakat Indonesia sebagian besar kurang dari 100%. Kemudian, angka kecukupan protein (AKP) dengan sesuai atau normal hanya 46, 5%. Sedangkan sisanya, yakni 17, 3% kurang dari batas normal AKP dan 36, 1% tergolong sangat kurang.
Baca juga: Pengentasan Stunting Bisa Manfaatkan Pangan Lokal
âApalagi kalau kita menentang angka kecukupan energi, 97, 7% adalah beras. Jadi ketergantungan padi masih sangat tinggi. Kita perlu tahu bagaimana makan makanan dengan beragam, tidak harus beras ataupun olahannya, â paparnya.
âKemudian jumlah energi 27, 4% dari lemak. Padahal kita tahu dari gizi setimpal rekomendasinya untuk energi dari gemuk tidak lebih dari 25%, â imbuh Kartika.
Untuk mengatasi masalah kerentanan pangan di masa pandemi, lanjut dia, masyarakat dapat menerapkan desain coping. Pertama, perlunya perencanaan menu yang baik sesuai dengan budget atau kemampuan keluarga.
Baca serupa: Pembelajaran Jarak Jauh Harus Didukung Adaptasi Kurikulum
âKurangi ataupun stop belanja yang tidak istimewa. Belanja tidak harus mahal serta perhatikan gizi seimbang. Sekarang jika kita anggap sehari masak berapa ons beras, lalu bisa pakai telur saja yang murah, cerai-berai kita beli tauge itu sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu, â terangnya.
Selanjutnya, bangsa dapat memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran untuk dikonsumsi harian demi menciptakan kemandirian pangan.
âManfaatkan pekarangan rumah untuk menanam, lalu diolah sendiri. Manfaatkan sumber daya yang terbatas untuk hasil yang suntuk di era new normal, â tandas Kartika. (OL-11)